Senin, 06 September 2010

Kisah Niat yang Berbeda-beda saat Minum Zam-zam

Niat Al Imam Al Khotib Al baghdady Ketika Meminum Air Zamzam
iriwayatkan dari Al Imam Al Khotib Al Baghdady Abi Bakr Ahmad bin Ali Al Hafidz, seorang ahli hadits dari Syam dan Iraq Rohimahulloh yang wafat pada tahun 463 H, bahwasanya ketika melaksanakan ibadah haji beliau meminum air zamzam tiga kali dan memohon agar Alloh mengabulkan tiga keinginannya, yaitu :
1. Mohon agar bisa menceritakan Tarikh Baghdad
2. Agar bisa membacakan hadits Jaami’ Al Manshur
3. Apabila sewaktu-waktu mati, dikubur di dekat kuburnya Bisyr Al Hafiy, Al Imam, Al Muhadits, az Zahid, Al Qudwah, Syaikhul Islam yang wafat pada tahun 227 H
Maka Alloh mengabulkan semua permohonannya. (Tadzkiroh Al Hufadz 3/1193)

Niat Al Imam Ibnu Al ‘Arobiy Al Maliki Ketika Meminum Air Zamzam
Diriwayatkan dari Al Imam, Al ‘Allamah, Al Hafidz, Al Qodliy, Abi Bakr Muhammad bin Abdillah Ibni Al Arobiy Al Andalusiy, pemilik kitab “Ahkamul Qur’an” Rohimahulloh Ta’ala, yang wafat pada tahun 543 H, dia berkata : Aku pernah bertempat tinggal di Mekah pada bulan Dzul Hijjah tahun 489 H, di sana aku minum air zamzam sebanyak-banyaknya dengan niat agar supaya Alloh menjadikan aku ahli ilmu dan ahli iman, Maka Alloh membukakan hatiku senang kepada ilmu dan aku lupa meminumnya dengan niat untuk beramal. Alangkah baiknya seandainya aku minum dengan niat untuk ilmu dan amal, dengan harapan Alloh membukakan keduanya untukku, tetapi karena belum dikodar untuk itu, maka kecenderungan hatiku kepada ilmu itu lebih besar dari pada amalannya dan aku mohon kepada Alloh agar supaya aku selalu hafal terhadap ilmu dan mendapatkan taufiqNya.

Mudah-mudahan Alloh memberikan rohmat kepada Al Imam yang memiliki jiwa yang bersih dan banyak Tawadlu’nya kepada Alloh, mudah-mudahan ini menjadi pelajaran buat kita semua.

Niat Orangtuanya Al Imam Ibni Al Jazary Ketika Meminum Air Zamzam
Al Imam Al Hafidz Al Muqry Muhammad bin Muhammad Al Jazary telah berkata di dalam kitabnya “Jami’ul Asanid” bahwa orang tuaku telah bercerita kepadaku bahwa beliau dilahirkan tahun 725 H dan haji pada tahun 748 H, orang tuaku meminum air zamzam dengan niat agar Alloh memberi rizki berupa seorang anak laki-laki yang menjadi ahli Qur’an, beliau kawin dengan ibuku tahun 750 H dan aku lahir pada tahun 751 H.

Niat Al Hafidz Ibni Hajar Al ‘Asqolany Ketika Meminum Air Zamzam
Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolany Ahmad bin Ali Rohimahulloh Ta’ala, yang wafat pada tahun 852 H, dia berkata : Aku minum air zamzam satu kali dan aku mohon kepada Alloh agar aku memiliki kemampuan didalam mencari hadits seperti Imam Adz Dzahabi (Al Imam Al Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Ahmad) Rohimahulloh yang wafat pada tahun 748 H, kemudian aku melaksanakan ibadah haji lagi kurang lebih dua puluh tahun sesudahnya dan aku menemukan di dalam diriku ada peningkatan, maka aku mohon kepada Alloh untuk mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.

Al Hafidz As Sakhowy murid Al Imam Ibnu Hajar telah berkata : Bahwa sesungguhnya Alloh telah membuktikan harapan Imam Ibnu Hajar dan tidak sedikit dari para Ulama’ yang menyaksikannya.
Al Iman As Suyuthy setelah menceritakan Imam Ibnu Hajar dan niatnya Imam Ibnu Hajar ketika minum air zamzam dia berkata: Bahwa Al Imam Ibnu Hajar telah sampai kepada apa yang telah dimintanya bahkan lebih dari itu (Fadlo’ilu Zamzam hal 141).

Niat Al Imam Al Kamal Ibnu Al Humam Ketika Meminum Air Zamzam
Al Imam Al Faqih Al Ushuly Al Muhadits Al Kamal ibnu Al Humam Muhammad bin Abdil Wahid Rohimahulloh yang wafat pada tahun 861 H, setelah menceritakan tentang Syaikhnya yaitu Al Hafidz Ibnu Hajar dan niatnya ketika minum air zamzam dia berkata : “Seorang hamba yang lemah berharap kepada Alloh yang Maha Suci dalam meminum air zamzam agar diberi istiqomah dan mati di dalam menetapi islam yang sebenarnya”.

Niat Al Imam As Suyuthy Ketika Meminum Air Zamzam
Al Imam Abu Bakar As Suyuthi Rohimahulloh yang wafat pada tahun 911 H dia telah berkata : Ketika aku melaksanakan ibadah haji, aku minum air zamzam dengan niat untuk beberapa hal, antara lain : dalam urusan fiqh aku mohon kepada Alloh agar bisa setingkat dengan Asy Syaikh Sirojuddin Al Bulqiniy Umar bin Ruslan Al Imam Al Mujtahid Al Hafidz Rohimahulloh yang wafat pada tahun 805 H dan di dalam urusan hadits setingkat dengan Al Hafidz Ibnu Hajar (Husnul Muhadloroh 1/338).

Salah seorang murid Imam As Suyuthy yaitu Al Imam Syamsuddin Muhammad bin Ali Ad Dawudy Al Maliky pemilik kitab “Thobaqootul Mufassirin” yang wafat pada tahun 945, dia berkata : Demi Dzat yang diriku di tanganNya sesungguhnya tingkatan ilmu yang telah dicapai oleh Imam As Suyuthy itu tidak ada seorang pun dari murid syaikh-syaikhnya yang membandinginya.

Niat Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Aaq Syamsuddin Ketika Meminum Air Zamzam
Pemilik Kitab Al Jauharu Al Munadhom yaitu Asy Syaikh Ahmad bin Muhammad Aaq Syamsuddin Rohimahulloh yang wafat pada tahun 1165 H, setelah menyebutkan beberapa berita para ulama’ yang minum air zamzam dan bukti-bukti Alloh telah mengabulkan apa yang mereka inginkan sesuai dengan niat mereka ketika minum air zamzam, beliau berkata : Aku seorang hamba yang fakir yang menyusun risalah ini, yang mengetahui kekurangannya, aku berkata : Sesungguhnya aku telah minum air zamzam sekenyang-kenyangnya berkali-kali dan melakukan uji coba berkali-kali, maka setiap aku minum air zamzam dengan niat agar tercapai maksud-maksud yang besar maupun yang kecil, yang mudah maupun yang sulit ternyata aku selalu berhasil mencapainya dengan pertolongan Alloh Raja Yang Maha Tinggi. Maka dari itu aku mengucapkan puji syukur kepada Alloh atas kenyataan yang demikian. (Al Jauharu Al Munadhom hal 64) .

Niat Asy Syaikh Dhofar Ahmad Al Utsmany Ketika Meminum Air Zamzam
Al Allamah Al Muhadits Al Faqih Asy Syaikh Dhofar Ahmad Al Ustmany At Tahanawi salah seorang ulama’ besar di India dan Pakistan Rohimahulloh, yang wafat pada tahun 1394 H dalam umur 84 tahun, dia berkata : Sesungguhnya aku telah minum air zamzam pada waktu haji yang pertama untuk kepentingan agama dan dunia, maka aku berhasil mendapatkan kebanyakan dari yang aku minta. Pada waktu haji yang kedua aku meminumnya untuk kepentingan yang sama, maka aku berbahagia karena aku berhasil mendapatkan kebanyakan yang aku minta dalam urusan agama dan dunia. Kemudian pada waktu haji yang ketiga aku meminumnya untuk kepentingan-kepentingan yang aku berharap Alloh mengabulkannya. Sesungguhnya aku pernah terkena penyakit gagap lisan (tidak lancar bicara) keadaan ini menjadikan aku tidak bisa menerima pelajaran di sekolah-sekolah dan Khotbah di atas minbar-minbar, setelah aku minum air zamzam sejak haji yang pertama aku bisa merasakan mempunyai kemampuan untuk menerima pelajaran di sekolah dan Alloh telah memberikan rizki kepadaku berupa kemampuan yang sempurna didalam berkhotbah, memberikan mauidloh dan memberikan tadzkiroh, sehingga para pendengar bisa menerimanya dengan mudah dan jelas. Segala puji bagi Alloh, sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya dan semua shohabat-shohabatnya. (I’la’u As Sunan 7/207-208).

Air Zamzam dengan Rasa Madu, Rasa Susu atau dengan Rasa Lainnya Tergantung Untuk Apa Dia Diminum

Alloh Ta’ala menjadikan sebagian dari barokahnya air zamzam dan kebaikan-kebaikannya adalah sebagai makanan yang mengenyangkan dan obat segala penyakit (penyakit medis maupun non medis) kedudukan air zamzam sama dengan makanan yang bisa mengenyangkan dan menguatkan badan tergantung niat orang yang meminumnya, sebagaimana yang telah diceritakan sebelumnya. Air zamzam yang penuh barokah ini pernah rasanya sama dengan rasa madu atau rasa susu atau selain keduanya, hal ini semata-mata karena kefadlolan Alloh Ta’ala yang telah menciptakan segala sesuatu dengan keistimewaan-keistimewaannya, apa yang Alloh kehendaki terjadi maka terjadilah. Di bawah ini ada beberapa berita tentang bukti kemuliaan Alloh yang diberikan kepada sebagian orang-orang yang meminum air zamzam.

Al Imam Sufyan Ats Tsauri Pernah Minum Air Zamzam dengan Rasa Tepung Gandum, Rasa Madu dan Rasa Laban (Susu)

Diriwayatkan dari Sufyan bin Said Ats Tsauri Syaikhul Islam, imam ahli hadits, pemimpin ulama’ amilin pada zamannya, Al Faqih dan Al Mujtahid di kota Kufah Rohimahulloh Ta’ala, yang wafat pada tahun 161 H sebagaimana telah disebut di dalam kitab Hilyatul ‘Auliya’ li Abi Nu’aim dari Abdurrohman bin Ya’kub bin Ishak Al Makiy dia telah menceritakan kepadaku bahwa seorang laki-laki yang terkenal jujur dari penduduk Haroh yang bernama Abdulloh Al Harowy telah berkata : Aku masuk sumur zamzam di waktu sahur, tiba-tiba aku bertemu dengan seorang Syaikh yang menimba air zamzam dari dekat rukun hajar aswad dan meminumnya. Setelah itu dia memasukkan timbanya, maka aku mengambilnya dan meminum sisanya, tiba-tiba rasanya adalah rasa tepung sawiq yang telah dicampur dengan buah yang sangat harum. Pada malam berikutnya aku mengintainya. tiba-tiba dia masuk ke sumur zamzam dan menutup wajahnya dengan kain, lalu dia menimba air zamzam dari dekat rukun hajar aswad dan meminumnya, setelah itu dia memasukan timbanya lalu aku mengambil sisanya dan meminumnya. Tiba-tiba rasanya adalah air yang dicampur dengan madu yang aku belum pernah minum madu yang lebih harum sebelumnya.

Abdulloh Al Harowy berkata : Aku ingin memegang ujung pakaiannya tetapi aku terlambat. Pada malam yang ketiga aku duduk di depan pintu zamzam, ketika datang waktu sahur diapun masuk ke sumur zamzam dan menutup wajahnya dengan kain. Maka aku masuk dan memegang ujung pakaiannya. Ketika dia minum akupun melepaskannya, aku berkata : Wahai orang ini aku bertanya kepadamu dengan bersumpah atas nama tuhan rumah ini, siapakah engkau ? Dia berkata : Apakah kamu mau merahasiakan namaku sehingga aku mati ?, Aku berkata: Ya, dia berkata : Saya adalah Sufyan bin Said Ats Tsaury. Maka aku melepaskannya dan minum sisa air yang ada dalam timba. Tiba-tiba aku merasakan susu yang dicampur dengan gula yang sangat nikmat, yang sebelumnya aku belum pernah merasakan nikmat susu seperti itu. Abdulloh Al Harowy berkata : Air zamzam yang aku minum itu mencukupi kepadaku sampai dengan waktu malam berikutnya dan aku tidak merasakan lapar maupun dahaga.

Pengasuh:
KH. Kasmudi Assidiqi

Sabtu, 28 Agustus 2010

Tayangan TV Perusak Moral Remaja

Jika Anda mencermati berbagai tayangan acara di sejumlah stasiun TV, hanya akan membuat hati kita miris dan pilu. Bagaimana tidak! Makhluk mungil bernama televisi itu telah menjadi sahabat setia anak-anak dan keluarga kita. Menemaninya sejak mereka bangun tidur hingga tidur kembali. Berbagai jenis acara di banyak saluran TV dengan mudah ditonton oleh mereka, dan tanpa sadar kita telah menyerahkan sebagian cara didik anak-anak dan keluarga kita kepada televisi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu tujuan sebuah program acara di TV adalah menghibur para pemirsa. Namun sangat disayangkan bila hiburan tersebut tidak disertai unsur mendidik dan mendatangkan kebaikan. Yang ada malah memperkenalkan budaya materialistis, mempertontonkan perilaku buruk, mengundang birahi dan semacamnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa tayangan acara di TV justru menjadi salah satu penyumbang terjadinya berbagai tindak kriminal di tengah masyarakat.

Banyaknya stasiun televisi di tanah air tidak serta merta kian memperbanyak mata acara yang mendidik dan sarat edukasi sebagai alternative pilihan. Sebagaimana Rumah Produksi (PH) ternyata tidak banyak yang mengemban misi edukasi dan penanaman nilai-nilai moral dan agama dalam diri anak bangsa. Yang lebih dikedepankan adalah keuntungan semata. Tanpa peduli apakah program yang dihasilkan membawa dampak negative atau positif, baik atau buruk. Yang penting untung besar melalui iklan.
Realitas ini membuat kita sepakat untuk mengatakan bahwa TV kita saat ini lebih banyak membawa dampak buruk daripada yang baik. Acap kita dengar sejumlah kasus kekerasan dan kejahatan seksual terjadi karena pelakunya belajar dan terpengaruh pada sebuah tayangan di televisi. Dan lebih tragis lagi karena pelakunya terkadang anak dibawah umur.
Salah seorang pakar pendidikan tanah air Prof. Arief Rachman, menyatakan bahwa kekerasan yang yang ditayangkan televisi sangat efektif merangsang naluri manusia yang paling rendah yang menyamai insting binatang, salah satunya adalah insting membunuh (Koran Tempo, 29 November 2006).

Bahkan aktor kawakan, Slamet Raharjo melihat begitu banyak produk sinetron atau film remaja yang membodohi masyarakat, dan ini tidak bisa dibiarkan terus berlangsung. Harus ada yang bertanggung jawab, dan pihak yang seharusnya bertanggung jawab ialah Presiden dan kalangan intelektual. Dia berkata, “Terlalu banyak catatan yang bernilai negatif terhadap dampak yang diberikan oleh sinetron remaja Indonesia pada saat ini, terlebih pada perkembangan anak-anak dan remaja Indonesia”.

Para orang tua, guru/pendidik, perlu menyadari dampak negatif televisi terhadap putra-putri kita, diantara adalah:
•    Berpengaruh terhadap perkembangan otak anak, khususnya yang sedang dalam proses pertumbuhan.
•    Mendorong anak menjadi konsumtif.
•    Berpengaruh terhadap sikap.
•    Mengurangi semangat belajar.
•    Membentuk pola pikir sederhana.
•    Mengurangi kemampuan konsentrasi.
•    Mengurangi kreativitas.
•    Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
•    Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga.
•    Matang secara seksual lebih cepat.

Bahkan pada bulan Ramadhan pun banyak bermunculan acara-acara televisi yang sangat jauh dari kesan edukatif dan sejalan dengan spirit Ramadhan. Yang marak adalah tayangan yang dinilai penuh adegan seronok dan caci maki. Apakah saat menjelang buka puasa atau ketika kaum Muslimin sedang makan sahur. MUI secara tegas telah mengkritik beberapa program televisi yang tidak sesuai spirit bulan suci ini. Khususnya acara komedi yang lebih mengedepankan unsur humor dan disajikan dengan kata-kata kasar, kotor dan seronok. Belum lagi berbagai acara mistik, kuis dengan unsur judi, ramalan dan sebagainya.

Seorang pakar pendidikan Hasrul Piliang dari Universitas Negeri Padang (dulu IKIP Padang), mengatakan, ”Negara harus bertindak tegas. Tak cukup hanya pernyataan ’memprihatinkan dan/atau menyesalkan’. Ada etika-etika yang harus dipenuhi.”
”Pelecehan seksual antarpelajar seolah-olah sesuatu yang wajar. Mereka berdalih sinetron adalah potret remaja dewasa ini. Padahal, tak ada dunia pendidikan yang seperti digambarkan di sinetron-sinetron,” katanya.

Sementara, pengamat masalah pendidikan anak dan Redaktur Majalah Kritis! Media untuk Anak Ike Utaminingtyas, menegaskan, dunia sekolah sering digambarkan sebagai ajang berpacaran dan guru sering dilecehkan seolah-olah hanya bisa mengatakan anak didiknya bodoh, tolol, dan kata-kata lain yang tak pantas diucapkan pendidik.

”Sekolah adalah tempat menuntut ilmu dan guru harus menularkan nilai-nilai positif, menjadi orang yang digugu dan ditiru (diikuti kata-katanya dan diteladani),” ujar Ike.
Menurut dia, boleh-boleh saja sinetron memakai atribut sekolah, tetapi harus memilah, patut atau tidak patut, dan memikirkan dampak negatifnya. ”Depdiknas harus mencermati, mana yang boleh dan yang tidak boleh ditayangkan,” ujarnya.

Direktur Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Erman Syamsuddin, mendesak pihak pengelola stasiun televisi menyeleksi ketat tayangan, terutama sinetron dengan sasaran anak-anak dan remaja, apakah ada unsur  pendidikan atau tidak, berdampak positif atau tidak terhadap motivasi belajar dan kreativitas.

”Tayangan sinetron bukannya mendidik pemirsa (anak-anak dan remaja), tetapi cenderung merusak dan memberi contoh tak patut dicontoh,” ujarnya.
Agar bermanfaat bagi dunia pendidikan, sinetron harus berdasar komitmen, misalnya antara pihak sekolah dan produser. Kalau perlu, juga dengan gubernur/wali kota/bupati, sesuai dengan otonomi daerah. //**

Apakah Haji Anda Mabrur?

Image 
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan seasungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah (2): 197).

SALAH satu bentuk kasih sayang dan karunia Allah SWT terhadap para hamba-Nya adalah dijadikan bagi mereka musim-musim kebaikan guna meningkatkan kesempurnaan kemanusiaannya serta meraih derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Setelah Ramadhan, kita memasuki musim kebaikan yang lain, yaitu musim haji. Di dalam musim ini ada sepuluh hari pertama Dzulhijjah yang merupakan hari-hari sangat mulia sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:
“Tidak ada hari di mana amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari (Dzhulhijjah) ini. Lalu para sahabat bertanya, Ya Rasulullah, tidak tertandingi oleh jihad fi sabilillah sekalipun? Beliau menjawab, (Ya), tidak tertandingi oleh jihad fi sabilillah sekalipun, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa raga dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan apa pun (yakni mati syahid). HR Bukhari.
 
 Orang yang dipilih Allah swt dari ratusan juta kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji adalah orang yang sangat beruntung. Beragam keistimewaan dan keutamaan yang berpuncak pada surga yang menantinya jika ia meraih haji mabrur. Namun, ujian dan cobaan yang mengotori kemabruran hajinya juga tidak sedikit. Dari sekian banyak ujian, ada 3 (tiga) hal yang disebut dalam ayat di atas yang perlu senantiasa diwaspadai oleh jama ah haji, yaitu rafats, fusuq dan jidal.

Sesungguhnya kemunkaran dan hal-hal negatif selama musim haji di tanah suci cukup banyak. Sehingga tidak benar, persepsi sebagian orang bahwa Tanah Suci sepi dari kemaksiatan dan kemunkaran. Ketika Al Quran hanya menyebut tiga hal negatif tersebut, hal ini memberikan pemahaman kepada kita bahwasanya peluang untuk melakukan ketiga perbuatan negatif itu dalam muktamar yang dihadiri jutaan kaum muslimin sedunia dengan beragam warna kulit, bentuk fisik, suku, ras, bahasa dan adat amatlah besar. Sehingga tidak berlebihan jika ada yang berkomentar, bahwa setiap jamaah haji berpotensi untuk berbuat rafats, fusuq dan jidal, baik pra haji, di tengah penunaian berbagai manasik (ritual) haji maupun pasca haji, menjelang kepulangannya ke tanah air misalnya.

Ibnu Jarir dalam kitab Tafsirnya (II/273-279) secara panjang lebar menghadirkan penafsiran para ulama tentang rafats yang dapat disimpulkan, bahwa rafats adalah jima (bersetubuh) dan permulaan-permulaannya seperti bercumbu serta perkataan yang menimbulkan birahi. Lalu fusuq adalah semua bentuk maksiat dan larangan-larangan bagi orang yang berihram. Sedangkan jidal adalah berbantah-bantahan, saling panggil memanggil dengan gelar yang buruk dan debat kusir seperti saling mengklaim bahwa apa yang dilakukan paling baik/benar dan semua perbuatan yang memicu konflik, kedengkian dan permusuhan.

Ketiga hal ini diberi penekanan khusus untuk dijauhi, karena Allah SWT menginginkan jamaah haji untuk melepaskan diri dari segala gemerlap dunia dan tipu dayanya, serta mensucikan diri dari segala dosa dan keburukan. Sehingga terwujudlah tujuan yang diinginkan dari ibadah haji yaitu Tahdzib An Nafs (pensucian jiwa) dan mengarahkannya secara total untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Dan hanya jamaah haji yang mampu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan negatif tersebutlah yang diibaratkan Nabi SAW seperti bayi yang baru lahir ke dunia tanpa dosa.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji, tidak rafats dan berbuat fasik, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari di saat ia dilahirkan ibunya.” (HR Bukhari dan Muslim) Setelah melarang berbuat keburukan, Allah SWT membangkitkan semangat mereka untuk melakukan kebaikan seraya berfirman, “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.” Dilihat dan diketahui Allah merupakan penghargaan dan balasan dari Allah sebelum balasan yang sesungguhnya. Sehingga memotivasi seorang mukmin untuk semakin banyak memproduksi berbagai macam kebaikan.

Kunci menjaga haji mabrur

Prof Dr H Muslich Shabir MA, Dosen IAIN Walisongo Semarang, mengatakan haji mabrur merupakan haji yang dilaksanakan dengan niat karena Allah semata, dengan biaya yang halal dan mengerjakan segala ketentuan berhaji dengan sempurna. Haji itu tidak dicampuri pula dengan perbuatan dosa, sunyi dari riya’ dan tidak dinodai dengan kata-kata kotor (rafats), perbuatan yang melanggar aturan (fusuq) dan tidak berbantah-bantahan (jidal).

Kebalikan haji mabrur adalah haji mardud, yakni haji yang dibiayai dengan dana tidak halal dan yang biasa dimakan juga dari hasil yang haram. Ketika orang yang seperti itu mengucapkan talbiyah, Allah menjawabnya: ”Tidak ada labbaik dan tidak ada keberuntungan atasmu karena apa yang kamu makan dan apa yang kamu pakai itu haram sedangkan hajimu mardud (ditolak)”.

Haji mabrur merupakan hasil maksimal yang didambakan oleh setiap jama’ah haji karena haji yang seperti itu menjamin pelakunya untuk masuk surga. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dinyatakan bahwa haji mabrur itu tidak ada balasan lain kecuali surga, dan kemabruran haji itu ditandai dengan memberikan makan dan menyebarkan kedamaian.

Namun dalam kenyataannya, untuk memastikan apakah haji seseorang itu mabrur, sangatlah sulit. Belum tentu jamaah haji yang sudah melaksanakan rukun-rukun haji bahkan dengan sempurna, hajinya itu akan mabrur. Haji bukan hanya berkaitan dengan penyempurnaan rukun-rukunnya saja. Kemabruran haji juga dinilai dari pra pelaksanaan, seperti niat melaksanakan ibadah haji, serta lebih penting lagi paska pelaksanaan ibadah haji. Oleh karena itu, melestarikan kemabruran ibadah haji menjadi hal yang sangat penting yang mesti diperhatikan jamaah haji setelah kepulangannya dari Tanah Suci. Secara umum, kemabruran ibadah haji seseorang ditunjukkan melalui perubahan sikap, mental, dan perilaku seseorang hingga menjadi lebih baik dari sebelum melaksanakan ibadah haji dan meningkatnya kualitas ibadah. Seseorang haji yang kembali dari tanah haram, dia akan memulai hidupnya dengan lembaran baru, menapak jalan yang kokoh dalam beribadah, dalam pergaulan dan dalam berakhlak. Maka dia menjadi orang yang tampil beda dengan sikap jujur dalam kerjasama, banyak melakukan kebaikan, mencurahkan amar makruf dan hatinya bersih. Setiap tahunnya, jutaan orang diasah kembali kesadaran dan ingatannya akan kebesaran dan keagungan Sang Khaliq. Mestinya, setiap tahun, jutaan orang di dunia ini menjadi lebih baik perangai sosial, akhlak, dan moralitasnya. Namun kenyataannya di lapangan berkata lain. Kita patut prihatin jika melihat banyak muslim bergelar haji yang tidak menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti para artis, pejabat, ataupun politisi.

Oleh karena itu, jawaban dari pertanyaan, ”apa yang harus dilakukan seseorang sekembalinya dari ibadah haji?” adalah menjaga dan memelihara kemabruran haji dengan mengupayakan peningkatan kualitas keberagamaan, dalam tataran iman, ibadah, amal saleh, maupun akhlak. Kemabruran haji yang telah diperoleh oleh setiap jamaah harus selalu dijaga supaya ia benar-benar bisa mencapai husnul khatimah ketika sakaratul maut. Dengan demikian, dia akan selalu meninggalkan akhlak yang tercela. Ditinggalkannya semua perbuatan yang menyimpang dari hukum Allah maupun hukum negara. Dia jauhi semua yang haram bahkan yang syubhat sekali pun.

Apabila dia seorang pedagang maka dia akan berdagang secara jujur. Apabila dia seorang pejabat, maka dia akan menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya dan menjauhi perbuatan korupsi sekecil apa pun; begitu seterusnya. Untuk menjaga kemabruran haji dalam hal ubudiyah, dapat diaktualisasikan melalui beberapa tahapan, baik ubudiyah yang bersifat mahdhoh (ibadah murni) atau ghairu mahdhoh (ibadah yang tidak murni). Indikasi kemabruran haji dalam hal ubudiyah yaitu adanya peningkatan ibadah dan nampak pada kepribadian seseorang yang berhaji. Bila selama di tanah suci begitu semangat melaksanakan shalat jamaah di masjid, bahkan hampir tidak ada shalat yang tidak dilaksanakan dengan berjamaah, maka sekembalinya dari tanah suci, kebiasaan yang baik itu perlu dilanjutkan. Selain itu, shalat wajib lima waktu akan selalu dilaksanakan tepat pada waktunya dan diusahakan dapat shalat berjamaah di masjid, bahkan ditambah dengan shalat-shalat sunah.

Ringkasnya, orang yang menyandang predikat haji mabrur akan memulai hidupnya dengan lembaran baru sepulangnya dari Tanah Suci. Sehingga, akan sangat terasa manfaatnya bagi keluarga dan masyarakat. Keluarga akan menjadi lebih damai, teduh, dan bahagia. Masyarakat secara keseluruhan pun akan menjadi masyarakat madani yang selalu sadar terhadap kebesaran Allah SWT. Bagaimana dengan Anda?  //**

Pengasuh : KH.Kasmudi Assidiqi 

Jumat, 27 Agustus 2010

Waspada Kebinasaan Setiap Saat

Image‘Menjelang hari kiamat nanti manusia akan berlomba-lomba fil bun-yaan didalam membuat bangunan-bangunan yang tinggi’ demikian sabda Nabi seribu empat ratusan tahun yang lalu.
Saat ini, salah satu diantara bangunan tertinggi di dunia adalah hotel berbintang 7 pertama di dunia. Letaknya di Dubai, Uni Emirat Arab. Tingginya 321 meter. Jumlah kamar suitenya hanya 202 ruangan. Menghebohkan orang-orang kaya di dunia karena kesupermewahannya. Namanya Burj Al-Arab.
Ingin melihat seperti apa kamar-kamar suite “surga dunia” serta setara berapa buah mobil BMW tarip kamarnya semalam? Kunjungi saja www.aljumeirah.com.
Sebenarnya masih ada gedung yang jauh lebih tinggi lagi, diatas 400 meter. Letaknya di jantung perekonomian dunia New York, Amerika. Tetapi hampir sepuluh tahun lalu, gedung itu sudah sudah luluh-lantak. Musnah dalam hitungan puluhan menit.
Ground Zero adalah sebidang tanah kosong tempat gedung kembar World Trade Centre yang pada tanggal 9 September 2001 ditabrak 2 pesawat berpenumpang dan berbahan bakar penuh yang dibajak dan berubah menjadi “bom”.
Bagi masyarakat dunia, Ground Zero menjadi monumen simbol kejahatan terorisme yang berdampak sangat besar terhadap peradaban dunia pada umumnya, dan terhadap pandangan dunia terhadap Islam pada khususnya. Nama yang berbau Arab, apalagi bagi pria berjenggot, sejak itu menjadi sulit sekali memperoleh visa. Negara Irak yang berdaulat, menghilang. Dsb.
Tetapi dari sudut pandang lain, Ground Zero adalah simbol ketidak-kekalan, kehancuran. Bahwa segala sesuatu di dunia itu akan binasa. Kebinasaan yang tidak mengenal belas-kasihan, sehingga sepagian itu saja 5000an orang tewas terpanggang api dan tertimbun reruntuhan.
Ground Zero juga merupakan simbol ketidak-berdayaan. Bahwa sebuah negara super-power yang sedemikian tinggi teknologi pertahanan-keamanannya, pun tidak mampu mencegahnya.
 
Kullukum Dloollun ...
Didalam sebuah hadits qudsi, Alloh berfirman:
Yaa ‘ibaadii kullukum dloollun illaa man hadaituhu fastahduunii ahdikum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian sesat, kecuali orang yang telah Aku beri hidayah. Maka mintalah hidayah kamu sekalian kepada-Ku, niscaya Aku beri hidayah.
Hidayah benar-benar pemberian Alloh. Hidayah tidak mengenal nasab atau keturunan. Tidak serta merta karena ayah iman kemudian anak juga iman. Contohnya Nuh dan Kanan. Sebaliknya, tidak serta karena merta anak iman kemudian ayah iman. Contohnya Ibrahim dan Azar. Tidak serta merta karena suami iman kemudian isteri iman. Contohnya Luth dan Wahila. Sebaliknya juga, tidak serta merta karena isteri iman kemudian suami iman. Contohnya Asyiah dan Fir’aun.
Innaka laa tahdi man ahbabta walaakinnallooha yahdii man yasyaa ~ sesungguhnya engkau tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang kau cintai, tetapi Alloh memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki.
Bahkan Nabi Muhammad tidak bisa memberi hidayah kepada paman yang paling dicintainya.
Kullukum Jaai’un ...
Didalam hadits qudsi yang sama, Alloh berfirman:
Yaa ‘ibaadii kullukum jaaiu’n illaa man at’amtuhu fastat’imuunii ut’imkum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian lapar, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Maka mintalah makan kamu sekalian pada-Ku, niscaya aku beri makan.
Diantara kemahaluarbiasaan kehidupan di dunia adalah bagaimana sekian milyar manusia bisa makan. Rata-rata sehari tiga kali pula. Dengan makanan pokok yang tidak tergantikan. Artinya, di Indonesia misalnya, walaupun sudah habis berporsi-porsi mie bakso, masih tetap merasa lapar, karena belum makan nasi.
Demikian melimpahnya makanan dan minuman, tidak pernah merasa kelaparan dan kehausan, sehingga manusia sering lupa bahwa makanan itu Alloh yang memberi. Apalagi dengan adanya industri makanan minuman yang membuat segalanya serba instant.
Bukti lupa? Betapa sering menjelang makan dan minum tidak mendahulukan membaca Bismillah.

Kullukum ‘Aarin ,,,
Masih didalam hadits qudsi yang sama, Alloh berfirman:
Yaa ‘ibaadii kullukum ‘aarin illaa man kasautuhu fastaksuunii aksukum
Wahai hamba-Ku sesungguhnya kamu sekalian telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka minta pakaianlah kamu sekalian pada-Ku,  akan Aku beri pakaian.
Manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang dan dikuburkan dalam keadaan telanjang pula. Kain kafan bukanlah pakaian, melainkan kain pembungkus. Buktinya, Islam tidak mengenal model pakaian mayat, kecuali model pocong.
Ada sebuah peristiwa dimana sepasang suami isteri tiba-tiba ditelanjangkan oleh Allah. Karena pelanggarannya memakan buah khuldi, Adam dan Hawa diusir dari sorga ke dunia. Pakaian kebesaran yang mereka pakai di sorga, tiba-tiba melorot dari badan.
Maka itu, dalam visualisasi agama samawi lain bahwa Adam dan Hawa memakan buah dengan telanjang bulat, adalah keliru. Saat mereka masih bobogohan berduaan, tentunya mereka masih memakai pakaian, karena saat itu masih di sorga. Sebaliknya, mereka telanjang pada saat diturunkan di tempat yang berbeda, dan sangat berjauhan. Yang satu di India, yang satu di Jeddah, ketemu 80 tahun kemudian di Jabal Rahmah.
Tsalabah dengan isterinya, oleh Alloh hanya diberi sehelai kain, sehingga sholat berjamaah ke masjid pun harus bergantian. Beberapa suku di pedalaman di Asia dan Amerika Selatan, di zaman ini masih ada yang bulucun alias telanjang.
Sejak dilahirkan pakaian sudah menjadi bagian dari kehidupan. Karena pakaian dibutuhkan lebih primer daripada makanan, maka dikenal istilah ‘sandang-pangan’, bukan ‘pangan-sandang’. Tanpa makanan, manusia bisa tahan berhari-hari. Tetapi tanpa pakaian? Sedetikpun  manusia tidak mungkin bisa eksis tanpanya. Kecuali di kamar mandi.
Berdasarkan hadits qudsi diatas, pakaian itu pemberian Alloh. Maka mintalah pakaian kepada-Nya.

Semua Iman atau Durhaka
Fiman Allah didalam hadit qudsi yang sama:
Yaa ‘ibaadii lau anna awwalakum wa aakhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu 'alaa atqo qolbi rojulin waahidin minkum, maa zaada dzaalika fii mulkii syai-an
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu, orang-orang kemudian, seluruh manusia, seluruh jin, semua taqwa kepada Alloh sebagaimana taqwa hatinya seorang laki-laki yang paling taqwa di antara kamu sekalian, demikian itu sedikitpun tidak akan menambah kepada kerajaan Alloh.

Fiman Allah didalam bagian akhir dari hadit qudsi:
Yaa ‘ibaadii lau anna awwalakum wa aakhirokum wa insakum wa jinnakum kaanuu 'alaa afjari qolbi rojulin waahidin maa naqosho dzaalika min mulkii syai-an
Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu, orang-orang kemudian, seluruh manusia, seluruh jin, semua durhaka kepada Alloh sebagaimana durhaka hatinya seorang laki-laki yang paling durhaka di antara kamu sekalian, demikian itu sedikitpun tidak akan mengurangi kepada kerajaan Alloh.

Artinya, orang beriman semakin lama semakin banyak, sampai seluruh dunia beriman semua, Alloh tetap Dzat Yang Maha Mulia, tidak bertambah sedikitpun karena seluruh manusia, plus para jin, sejagat raya beriman semua.
 Sebaliknya, orang durhaka semakin lama semakin banyak, sampai seluruh dunia durhaka semua, Alloh tetap Dzat Yang Maha Mulia, tidak berkurang sedikitpun karena seluruh manusia, plus para jin, sejagat raya durhaka semua.
***

Jika manusia sesat diberi hidayah oleh Alloh, jika manusia lapar diberi makanan oleh Alloh, jika manusia telanjang diberi pakaian oleh Alloh, jika manusia iman semua tidak menambah kerajaan Alloh, dan jika manusia durhaka semua tidak mengurangi kerajaan Alloh, lalu manusia ini apa?
Bangunan tertinggi dan terkokoh di dunia, terletak di jantung dunia, melambangkan pusat kekuatan ekonomi dunia, di negara super-power dengan teknologi hankam spektakuler paling canggih di dunia.
Ingatlah Ground Zero dimana segala kemegahan dan kemewahan dan kehiruk-pikukan dan kedigjayaan sehebat apapun, dapat rusak binasa seketika.
Siapa menyangka Roman Empire penguasa dunia sekian abad, saat ini hanya meninggalkan reruntuhan diantaranya Colosseum di Roma?. Siapa menyangka Ottoman Empire penguasa dunia kekhalifahan sekian abad berikutnya, hanya meninggalkan diantaranya masjid kubah biru di Istanbul?
Maka bersyukurlah bagi mereka yang sepertinya bukan apa-apa, tetapi sudah dalam taraf yakin memperoleh pathway to heaven ~ jalan ke sorga. Mereka tidak lagi manusia ‘bukan apa-apa’. Mereka adalah khoirul bariyyah ~ sebaik-baiknya manusia, yang tahu halal-harom, pahala-dosa, qisos, kaffaroh, yang tahu cara mencari sorga dan menghindar dari neraka.
Tinggal mengikat hidayah, sambil waspada bahwa kebinasaan, dalam bentuk yang dikehendaki Alloh, pada saat dan dengan cara yang tidak terduga, akan ditimpakan kepada makhluq-Nya.